Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
"Tiga hal apabila ketiganya terdapat dalam diri seseorang, maka dia akan mendapatkan manisnya iman, (yaitu) menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai melebihi selain keduanya, seseorang mencintai orang lain dan dia tidak mencintainya kecuali karena Allah dan dia benci untuk kembali kepada kekafiran sebagaimana dia membenci untuk dilemparkan kedalam neraka."(Mutafaq ‘Alaihi)
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiEI-x_BMseFBUUIdkxILkjmi-GmeQlglMlfRnD8M8w7q_5qnB-BxaVCsVHyHSB5wEDDYheVzP00dIBJ5LwdWej2UoBtUfGoEJ1DDud2Xu9Km-r8UZgaBbiDDrQUTMQ-QiHLD-Tk_teTfMH/s1600/mujahid.jpg)
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wassalam bersabda:
"Demi Allah, seandainya ada seorang yang mendapat petunjuk lantaran dirimu, itu lebih baik bagimu dari pada seekor unta merah" (HR. Bukhori)
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiims_qk0qMTN1dM_679Q3QvAHrEY6SuMVOujIBtBw2kNZR_75Ab1vYOgdaL4EpPPIAoMdjKqceyibhw8PrTbQgAvIokMqaouWRtgMXoqcaeEzBChU5kuZ-f2h-zZXujo1VJgdmx3HVFzMj/s400/Mujahid.jpg)
Allah Azza Wa Jalla berfirman:
Hai orang-orang beriman, janganlah kamu,mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan juga janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui. (QS. Al-Anfal :27)
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgUdFVbJAiJJo9qJrvdg2WNRoE2-9K9YqxFqEF7YyELKM2aF6lXIJB_ZKWlWtf8GwSZ3P3XKdWhw62dSEkwxuxcQfDFrTD7ZI3rOG-QpThZh4QXYqaZvcI2kCORQzLwrtHUzz4A12Lofhpi/s1600/mecca.jpg)
Archive for 2011
Ada beberapa fenomena dan dampak buruk isti'jaal, yang dapat mengakibatkan gagalnya gerakan dakwah. Kehancuran gerakan dakwah di masa kini, tak terlepas dari akibat sikap isti'jaal dari para pemimpinnya. Fenomena dan dampak buruk isti'jaal seperti :
Pertama, merekrut orang-orang ke dalam kelompok dakwah sebelum mempertimbangkan kadar kepercayaan (tsiqoh), meneliti kemampuan, dan kesanggupannya serta kesiapannya.
Kedua, menaikkan tingkatan/jenjang (ruthbah tandzimiyah) atau status mereka (para da'i) ke tingkat lebih tinggi tanpa terlebih dahulu mempertimbangkan kesempurnaan, kematangan, dan kelurusan kepribadiannya.
Ketiga, melaksanakan kegiatan dakwah dengan tidak terarah atau tidak memiliki program dan sasaran yang jelas merugikan dakwah itu sendiri.
Dampak Buruk Isti'jaal.
Sikap dan cara-cara dakwah sebagaimana disebutkan diatas, pada akhirnya akan mengakibatkan dampak buruk, baik terhadap para aktivis maupun terhadap aktivis Islaminya.
Mengakibatkan Futur.
Hal ini sebagaimana telah kami jelaskan pada kendala pertama. Sabda Rasulullah shallahu alaihi wa sallam.
"Dan sesungguhnya amal yang paling dicintai Allah adalah yang dilakukan terus menerus sekalipun sedikit". (HR : Muttafaq alaih).
Menyebabkan Pengorbanan Yang Sia-Sia.
Perilaku tergesa-gesa atau melakukan sesuatu aktivitas dengan tanpa perhitungan lazimnya sangat sulit mencapai keberhasilan, faedah, atau keuntungan. Kasus berikut ini merupakan sebuah contoh konkrit sekaligus ibrah (pelajaran) bagi kita semua atas fenomena isti'jaal.
Pada akhirnya tahun tiga puluhan, kehidupan hakah Islamiyah di Mesir sempat mencapai puncak masa kejayaannya. Ia telah dapat menembus ke segenap lapisan masyarakat. Ibarat sebuah kapal laut yang membelah lauatan yang tenang disertai semilir tiupan angin yang mengiringinya. Suara harakah telah menggema dan terdengar di setiap permasalahan, baik yang sifatnya nasional maupun internasional. Pada waktu itu ada seorang anggota harakah, yaitu Ahmad Rif'at, yang menolak sistem dan cara yang tengah ditempuh oleh harakah Islamiyah dan menyerukan sistem lainnya.
Awalnya, keadaan itu belum sempat menjadi perhatian. Setiap anggota harakah berhak mengkritik hal-hal yang dipandang perlu, maka terjadilah diskusi beberapa kelompok harakah yang kemudian menghasilkan kesimpulan yang paling benar dan jalan yanglebih lurus. Meskipun demikian, yang patut menjadi titik perhatian kita bahwa seruan tersebut mendapat sambutan positif dari para pemuda anggaota harakah Islamiyah. Kita tidak ingin membicarakan sebab-sebab yang melahirkan keadaan tersebut. Yang penting bagi kita adalah diadakannya pertemuan khusus untuk mengetahui kendala dan tuntutan yang tengah berkembang, yang meliputi tiga hal :
Pertama, pihak harakah Islamiyah dianggap telah "bemanis-manis" dengan pemerintah dan berjalan bersamanya, kendati jelas-jelas sistem politik yang dijalankan oleh pemerintah merupakan sistem politik "campuran" (sekuler). Kondisi itu harus diluruskan. Pihak harakah Islamiyah wajiba bersikap tegas dan kritis dalam menghadapi pemerintah secara benar sesuai dengan konteks al-Qur'an. "Dan barangsiap yang tidak berhukum dengan apa yang Allah turunkan maka mereka itulah orang-orang kafir".
Kedua, pihak harakah Islamiyah dianggap belum mampu menindak para wanita yang melakukan tabarruj (membuka aurat). Pihak harakah hanya dapat dapat memberikan nasihat, petuah, serta himbauan-himbauan lewat kata-kata. Diusulkan agar pihak harakah bisa mengirimkan para anggotanya ke jalan-jalan Kairo dengan membawa tinta. Setiap kali mereka mendapatkan seorang wanita yang membuka auratnya di hadapannya, mereka harus melemparkan tinta itu ke baju-baju mereka. Sebagai pelajaran bagi wanita itu.
Ketiga, sikap pihak harakah Islamiyah terhadap para mujahidin Palestina, dianggap hanya sebatas "pengakuan". Sikap semacam itu dipandang sebagai tindakan menyepelekan dalam mengatasi kemelut, enggan berjihad, dan menghindari dari medan perang. Seharusnya harakah Islamiyah segera meninggakan pekerjaan mereka masing-masing kemudian bergabung dengan barisan mujahidin di Palestina.
Jika hal-hal itu tidak dilakukannya, maka mereka termasuk orang-orang yang membelot dari gerakan, dan tidak berguna kerterlibatan mereka dalam harakah Islamiyah.
Wallahu'alam.
Sumber : eramuslim.com
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhvwEapuOsfTWeYJVLk92WieHQH-9T-oupiw-Ghfhzz5XjpgHkwdLGX_wqBzs0ddy8XPP3bBHH8cx9U6xcLCn56h_B3EuxvUFtzdDdSckjWl4tOvtSGLWig-sYDBFhisTdHWzUygWS-mm8-/s200/jalan-dakwah2.jpg)
Mereka yang berada dari sisi materi, bekerja mengurus dunianya lupa akan mengingat Allah juga lelah, tapi kelelahan mereka adalah kelelahan yang memperoleh kebinasaan nanti disisi Allah. Sedangkan kelelahan karena beribadah kepada Allah, berjuang dalam menegakkan Islam juga lelah ,tapi kelelahan mereka dibalas dengan kenikmatan yang abdi dan hakiki di sisi Allah subhanahu wataala dunia dan akhirat.
Allah subhanahu wata ala menakdirkan kita hidup dan terlanjur hidup pasti kita mengalami kelelahan. Kita diberi pilihan dengan dua kelelahan diatas, kalau kita memilih jalan ini bahwa kita yakin seyakin yakinnya , mengantarkan kita pada kemenangan yang besar. Kita berdoa kepada Allah agar diberikan kekuatan dalam hati, berupa keistiqamahan dalam jalan ini. Inilah jalan yang tidak ada subhat , syahwat yang bisa memalingkan kita kepada jalan ini.
Imam Ahmad ditanya oleh muridnya, “kapan seorang mukmin ini bisa beristirahat, dijawab Imam Ahmad, apabila seorang mukmin itu telah melangkahkan kakinya sala satu kakinya di surga, maka disitulah seorang mukmin bisa istirahat,selama kaki kita belum menginjakkan kaki di surga maka jangan berharap kita bisa istirahat dalam perjuangan ini.
Allah, RasulNya , Dien dan perjuangan Islam ini tidak membutuhkan kita, tapi kitalah yang membutuhkan perjuangan ini, karena apabila kita tidak bergerak dalam perjuangan ini, maka Allah akan meyiapkan ribuan atau jutaan orang atau satu generasi yang akan melakukan hal ini.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjG3kvcVnTYB1y4JHFCW4hZdcDmmIfv3AtpYVP-5gbm6oT-A32imVpPm7S9zn3f3Oihw42aiRWlEb-F_5KAMUQBvW5Tczrmn_2ykCD-Ix5eS-NrYeELiY9JKc034g7sNWYzPogYr4r-KAyY/s200/film-tanda-tanya.jpg)
Hari Rabu 13 April 2011 pukul 15.10, penulis berkesempatan menonton film “?” (baca: Tanda Tanya) di Jakarta Theater. Awalnya, saya selaku Direktur Lembaga Kajian Islam dan Arab (LemKIA) Universitas Islam As-Syafi’iyah yang juga anggota Komisi Pengkajian dan Penelitian MUI, ditunjuk oleh Rektor UIA Ibu Prof. DR. Hj. Tutty Alawiyah AS (Ketua MUI bidang Advokasi Perempuan dan Perlindungan Anak), untuk mewakili beliau memenuhi undangan pimpinan MUI menonton film yang kontroversial itu.
Tampak hadir beberapa pimpinan yang saya kenal, Slamet Efendi Yusuf (Ketua MUI Bidang Kerukunan Umat Beragama), Ichwan Syam (Sekjend MUI), KH. Muhyiddin Junaidi (Ketua MUI Bidang Kerjasama Luar Negeri), dan lain-lain. Nonton Bareng (Nobar) unsur pimpinan MUI itu sendiri adalah keputusan musyawarah rapat pimpinan MUI sehari sebelumnya pada 12 April menyusul desakan dan masukan para tokoh dan masyarakat luas kepada MUI untuk menanggapi resmi terhadap konten film tersebut. Para pimpinan MUI sepakat bahwa agar tidak salah menanggapi maka harus menonton terlebih dahulu secara utuh dan bukan atas dasar informasi setengah-setengah.
Duduk di kursi deretan D no. 9, sedari awal saya sudah penasaran. Dan sejak detik pertama tayang, saya terus khusuk memperhatikan dan mencatat setiap kalimat, gerak, adegan dan cuplikan gambar yang ditampilkan.Hampir tak ada satu cuplikan pun yang luput dari perhatian dan kepekaan saya, insya Allah.
Kesan umum yang ditampilkan film besutan sutradara Hanung Bramantyo dari awal sampai akhir adalah fakta yang disodorkan kepada penonton bahwa Islam dus, umatnya adalah agama yang kasar, penuh dengan sikap picik dan kebodohan, intoleran, eksklusif, rasis, suka anarkisdan bahkan menebar terror! Citra Islam dan umatnya betul-betul babak belur ditampilkan oleh sang sutradara film.
Sementara agama dan etnis tertentu (dalam hal ini Katolik dan etnis China) diangkat setinggi langit dan digambarkan sebagai penuh kesantunan, kesabaran, pengertian, penuh kasih, toleran dan sering (tentu saja) jadi korban kekerasan umat Islam.
Adegan pembukanya saja, yang berupa penusukan terhadap seorang pastur gereja Katolik sesaat sebelum kebaktian di halaman gereja, sudah menebarkan fitnah dan kesan kuat bahwa umat Islam adalah otak pembunuhan itu. Adegan itu hanya menampilkan insiden penusukan dan berita media elektronik yang mengutip pernyataan pejabat (dalam hal ini Walikota Semarang) bahwa insiden itu tak ada kaitannya dengan isu agama, alias tindakan kriminal murni. Tanpa ada klarifikasi pengadilan atau motif sama sekali. Namun, siapa pun akan mudah berkesimpulan bahwa tuduhan itu diarahkan kepada Muslim . Kesan ini sudah pasti ditangkap secara umum.
Stereotype Buruk Umat Islam
Alih-alih ingin mengirimkan pesan kuat dari film tentang pentingnya kerukunan dan toleransi hidup umat beragama di tanah air. Justru alur dan segmen cerita yang mengalir dalam film berdurasi 110 menit (dalam hitungan saya) sudah menyuguhkan penggambaran buruk alias stereotipikal terhadap umat Islam, dan tak ketinggalan pula pendiskreditan atas beberapa ajarannya.
Dalam film ini, pimpinan dan pengikut Katolik digambarkan seindah dan sebaik mungkin. Toleran dan bijak adalah sifat mereka. Ketika muncul protes atas peran seorang Muslim bernama Suryo dalam drama penyaliban Yesus Kristus dalam perayaan jumat agung Paskah, tampil Romo katolik yang membela peran tersebut dan meyakinkan jemaat yang protes. “Tak pernah ada dalam sejarah, kehancuran iman disebabkan pementasan drama, tapi hanya kebodohan lah yang jadi penyebab kehancuran iman”, tukas Sang Romo.
Bandingkan dengan sikap umat Muslim yang digambarkan penuh kebencian dan intoleran terhadap penganut agama lain, seperti tindakan penusukan dan pengiriman paket bom Natal di dalam gereja saat misa malam Natal. Dengan cerdiknya pula, sang sutradara memang tak menampilkan pemuka agama Islam yang arogan, intoleran dan menebarkan kebencian terhadap penganut agama lain. Namun yang dimunculkan adalah sosok ustad pemuka agama yang inklusif - pluralis dan bahkan mendukung aksi Suryo yang memerankan Yesus Kristus dalam drama penyaliban itu.
Tampak, pesan yang ingin disampaikan adalah selayaknya tokoh Muslim harus meniru sikap dan pandangan ustad yang inklusif dan toleran itu. Apalagi secara terbuka, sang ustad tidak keberatan sama sekali saat menyaksikan Suryo tengah berlatih peran sebagai Yesus Kristus di dalam masjid, yang sebenarnya itu adalah tindakan yang mengotori dan melecehkan masjid sebagai simbol ketauhidan paling murni kepada Sang Khaliq, Allah subhanahu wa ta’ala.
Di sisi lain, penganut Katolik yang murtad dari Islam (Rika) ditampilkan sangat toleran dan inklusif. Buktinya, demikian sang sutradara berimajinasi, ia tetap membiarkan anak semata wayangnya yang bernama Abi sebagai Muslim, memperhatikan aktifitas ibadahnya, memasakkan sahur dan menuntunnya berniat puasa saat Ramadhan, dan bahkan menyelenggarakan syukuran atas prestasi Abi yang berhasil khatam baca al-Qur’an 30 juz dengan membagikan sedekah dan kue kepada teman-teman sekolah dan para orang tuanya. Bandingkan dengan sikap ayah dan ibu Rika yang (digambarkan kuat) telah memutuskan komunikasi karena kekecewaan dan protes mereka atas pilihan murtad sang anak dari Islam. Juga sikap masyarakat sekeliling Rika yang suka menudingnya telah mengkhianati Allah dan suka menganggapnya rendah, sehingga saking seringnya ia diperlakukan seperti itu Rika seperti jadi paranoid yang belum apa-apa langsung bereaksi sensitif terhadap orang yang dijumpainya. Sekali lagi Muslim dituding dan digambarkan intoleran terhadap pilihan murtad seseorang dari agama asalnya.
Lain pula cerita Tan Kat Sun, pemilik restoran China yang menghidangkan Babi disamping ayam, daging sapi dan lainnya. Si majikan Menuk ini, Muslimah berjilbab yang bekerja sebagai pramusaji restoran, demikian pula isterinya ditampilkan sangat toleran dan inklusif kepada para pramusaji dan tukang masaknya yang rata-rata Muslim. Para pegawainya itu diberikan kebebasan beribadah, dan dalam kondisi tertentu bahkan mengingatkan pegawainya agar jangan telat dan lupa shalat. Selain itu di bulan Ramadhan yang suci dan istimewa bagi umat Islam, meski tetap buka di siang hari, ia mentradisikan menutup kedai makannya itu dengan tirai dan kebijakan untuk tidak menjual hidangan Babi selama bulan suci, dengan resiko sepinya pelanggan yang berdampak pada cash flow. Itu semua demi menghormati umat Muslim. Apalagi ditambah kebiasaannya untuk memberi toleransi tinggi bagi para pegawainya untuk cuti hingga H+ 5 lebaran.
Namun belakangan tradisi dan kebijakan itu dilanggar anaknya sendiri, Hendra, sehingga menyebabkan aksi anarkis atas nama agama (berbau SARA) dengan para pelakunya adalah kader-kader Banser ANSOR yang meneriakkan yel takbir, Allahu Akbar, saat penyerangan terjadi. Di situ jelas tergambar, etnis tertentu ditampilkan sebagai korban kekerasan padahal mereka toleran dan damai, dan lagi-lagi umat Islam jadi kambing hitam yang tertuduh!
Inilah yang saya istilahkan bahwa citra dan visualisasi umat Islam betul-betul babak belur, tak ada kebaikan sedikitpun. Jika pun ada, yaitu satu-satunya, ialah adegan Soleh, suami Menuk yang jadi anggota Banser, menyelamatkan jemaat misa Natal di sebuah gereja dari paket bom Natal. Itu pun menurut saya, tak jelas klarifikasi identitas pengirim paket bom, yang biasanya diarahkan kepada kelompok Muslim. Ditambah kesalahan fatal sutradara, alih-alih ingin menggambarkan tindakan heroik Soleh, justru yang terjadi adalah mirip kejadian bunuh dirinya yang dengan sengaja mendekap isi paket bom tersebut di halaman gereja.
Virus Liberal: Pro-Pluralisme Agama
Dalam film ini, propaganda dan kampanye pluralisme agama juga sangat kental. Rika ditampilkan sebagai sosok yang ideal. Ia murtad dari Islam, tapi toleran dan hiduprukun. Pada segmen lain, secara harfiah Rika mengatakan, BAHWA agama-agama ibarat jalan setapak yang berbeda-beda tetapi menuju tujuan yang sama, yaitu Tuhan. Ia pun mengutip ungkapan sebuah buku, “… semua jalan setapak itu berbeda-beda, namun menuju ke arah yang sama; mencari satu hal yang sama dengan satu tujuan yang sama, yaitu Tuhan.” Lebih dari itu, di beberapa segmen lain, langkah Rika yang memilih murtad dari Islam dipuja-puja sebagai “telah mengambil langkah besar dalam hidup”, atau dikesankan “berubah untuk menjadi yang lebih baik”, seperti beberapa kutipan kalimat Suryo dalam film itu.
Selain tidak mempersoalkan kemurtadan seseorang dari Islam, yang dalam pandangan Islam ini adalah soal yang sangat besar dan fundamental, film ini juga hendak mengaburkan konsep agama dan Tuhan dalam masing-masing agama.
Padahal, soal kemurtadan, beberapa ayat al-Quran menyebutkan bahaya dan resikonya dunia – akhirat bagi seorang Muslim.
”Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, Maka mereka Itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka Itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” (QS 2:217).
“Dan orang-orang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu Dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. dan didapatinya (ketetapan) Allah disisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya.” (QS 24:39).
Jadi, kemurtadan adalah masalah besar dalam pandangan Islam. Tapi sangat enteng dalam pandangan kaum pluralisdan liberalis! Tindakan murtad semestinya bukan untuk dipertontonkan apalagi diidealkan dengan embel-embel toleran dan suka kerukunan. Dalam perspektif Islam, patutkah seorang bangga dengan kekafirannya?
Konsep Tuhan berikut nama dan sifat-sifat-Nya juga dibuat absurd dan rancu. Contohnya pada segmen Rika, penganut Katolik muallaf yang akan dibaptis, saat diberikan tugas menjawab pertanyaan Romo katolik apakah arti penting Tuhan Yesus dalam kehidupan anda? Ia menyatakan bahwa Tuhan itu adalah Allah. Ia memiliki sifat Arrahman, sang maha kasih, Almu’min, sang maha pemberi rasa aman, dst yang ia kutip dan ambil dari Asmaul Husna dalam ajaran Islam.
Dalam Islam, hal ini tidak dapat dibenarkan. Konsep Tuhan berikut nama dan sifat-Nya, lengkap dengan tata cara beribadah sesuai yang dikehendaki Allah dari hamba-Nya dalam Islam telah tegas dan jelas dalam tuntunan wahyu Islam, yaitu al-Qur’an dan Hadits Rasul. Ia tidak bisa begitu saja dicampur aduk dengan konsep ketuhanan dalam agama lain yang tidak berbasis kepada wahyu yang otentik dan final dari Allah subhanahu wa ta’ala, seperti penjelasan verbatim dan praktek visual yang dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad saw kepada ummat. Ini, hemat saya, bisa dikategorikan penodaan terhadap ajaran Islam, dan juga barangkali akan dinilai sama oleh kalangan Katolik yang menolak pencampuradukan konsep agama dan Tuhan dalam agama mereka dengan Islam.
Walhasil, film ini sarat dengan pesan dan kampanye pluralisme agama yang secara resmi MUI t elah memfatwakan bahwa haram hukumnya bagi umat Islam untuk menganut dan memeluk pandangan semacam itu.
Pelecehan terhadap Syariat Islam
Tak hanya sebatas wacana pluralisme agama yang diusung film itu untuk menikam akidah Islam. Film “?” (Tanda Tanya)juga telah memperolok-olok syariat Islam yang abadi dan universal, sehingga dikesankan merendahkan perempuan, intoleran dan anti-HAM, dan penetapan standar halal-haramnya makanan yang abai terhadap ‘kelezatan’lidah. Setidaknya hal ini tersingkap dari kesan implisit yang dimunculkan skenario film itu dalam tiga aspek syariah:
Pertama, dalam kisah flash back Rika digambarkan bahwa ia kecewa terhadap aturan Islam yang melegalkan praktek poligami. Saat suaminya bersikeras ingin berpoligami, Rika menolaknya dan bahkan lebih memilih cerai dari suaminya yang tetap ingin mempertahankan Rika sebagai istri namun dimadu. Selain itu ada kesan bahwa alasan syariat inilah yang memicu Rika menukar agamanya menjadi Katolik.
Penilaian saya itu cukup beralasan, sebab sejauh yang saya amati tidak ada alur kisah lain di luar hikayat poligami itu yang melatari perpindahan agama Rika. Saya berusaha mencari-cari kemungkinan ada kisah lain yang ditampilkan sutradara untuk melatari penyebab ia murtad dari Islam. Namun usaha saya sia-sia, sebab satu-satunya tayangan flash back hanyalah kisah poligami suaminya yang ia tolak.
Olok-olok terhadap syariat poligami dalam Islam dimunculkan secara tersirat, apalagi dalam Katolik (agama baru yang dipilih Rika), poligami dilarang. Sehingga ia merasa nyaman dengan ajaran itu dan (mungkin) karena sebab itu lah ia murtad dari Islam dan memilih Katolik. Sebab dalam Kristen, secara umum, pernikahan harus ‘monogami’karena doktrin Bible yang menyatakan bahwa perempuan (Hawa) diciptakan dari tulang rusuk laki-laki (Adam). Oleh sebab itu jangankan poligami, perceraian pun diharamkan dalam Kristen karena konsep pernikahan mereka adalah hanya satu istri/suami dan untuk selamanya. Berbeda dengan konsepsi Islam yang membolehkan poligami sesuai ketentuan dan syarat yang berlaku, dan juga menghalalkan talak/cerai yang diungkapkan Rasulullah sebagai “tindakan halal yang paling dibenci oleh Allah”.
Kedua, syariat Islam yang melarang perkawinan campur (beda) agama, terutama untuk Muslimah kawin dengan pria non-Muslim, disinggung juga dalam film itu secara halus sekali. Sehingga bagi penonton yang tidak jeli dan peka terhadap setiap kalimat di adegan-adegan film itu tak akan merasakan kejanggalan tersebut.
Pelecehan dan olok-olok terhadap syariat Islam itu tersingkap dari ungkapan curhat Hendra, putra Tan Kat Sun, yang sempat menjalin hubungan asmara dengan Menuk. Saat itu, Hendra yang curhat kepada mamanya, menyesalkan sikap Menuk yang lebih memilih Soleh, lelaki yang seagama dengan Menuk hanya karena alasan iman.
Ia bertutur begini: “…(saya kecewa) bayangkan mi, si Menuk lebih memilih lelaki lain dan bukan aku hanya karena lelaki itu konon taat beragama (seagama)..”, yang saya tangkap adalah karena seagama seakidah. Sikap Menuk ini tentu saja telah sesuai dengan tuntunan syariat Islam yang melarang Muslimah menikah dengan lelaki non-Muslim. Soal ini Al-Qur’an telah dengan gamblang menjelaskan hukumnya dalam dua ayat yaitu Q.s. Al-Baqarah: 221 dan Al-Mumtahinah: 10. Juga diperkuatlagi oleh Ijma’ para ulama dari seluruh mazhab dalam Islam. Sikap tegas syariat Islam yang melarang perempuan Muslimah kawin dengan non-Muslim ini lah yang kerap jadi bulan-bulanan kaum liberal.
Mereka pun menuding aturan semacam itu intoleran terhadap agama lain dan juga bertentangan dengan HAM yang menjamin seseorang untuk menjalin hubungan dan menikah dengan orang yang dicintainya tanpa sekat agama dan etnis. Naifnya, film ini ikut termakan bualan dan ejekan kaum liberal yang suka mempersoalkan ajaran syariah yang sudah baku dan permanen.
Ketiga, secara vulgar adegan dan kalimat di film itu juga terselip kampanye pro babi, jenis hewan yang diharamkan mengkonsumsinya oleh al-Qur’an bagi umat Islam. Dalam ungkapan Tan Kat Sen, dinyatakan “…kalo masak babi lu gak perlu pake bumbu banyak-banyak, karena dagingnya udah gurih. Beda sama ayam, daging sapi, atau cumi, kamu harus royal sama bumbu supaya enak..!” di situ terselip upaya olok-olok terhadap syariat Islam yang mengharamkan babi tanpa alasan jelas, padahal rasanya gurih dan lezat. Bukan sekedar itu, film ini dengan berbagai sorotan vulgarnya juga hendak menggiring opini penonton Muslim agar mengakrabi babi dan tidak perlu menjauhinya, apalagi menganggapnya menjijikkan.
Apakah artinya ini jika bukan memperolok-olok standar dan jenis makanan yang halal dan haram dalam pandangan Islam?
Namun, patut disayangkan film yang disutradari seseorang yang mengaku Muslim dan didanai oleh Mahaka Pictures, anak perusahaan Mahaka Group milik Erik Tohir yang menguasai mayoritas saham Republika, Koran nasional terbesar milik umat Islam, justru terseret arus ikut memperolok-olok beberapa aspek syariat Islam, entah itu disengaja atau tidak.
Kesimpulan
Banyak sekali ditemukan kejanggalan yang sempat saya rekam, seperti terungkap dalam fakta di atas. Sehingga hemat saya film ini tidak layak ditonton oleh umat Islam, karena banyak sekali hal-hal prinsipil dalam ajaran Islam yang dilecehkan –sengaja atau tidak sengaja- di dalam film itu.
Jika sedari awal film itu mengklaim terinspirasi dari kejadian yang sebenarnya seperti terpampang besar di awal screen, maka patut dipertanyakan kesesuaian dengan fakta sesungguhnya di lapangan. Prof. Tutty Alawiyah (Rektor UIA dan Ketua MUI) yang datang saat film telah diputar beberapa menit, ketika saya tanyakan apa kesan dan rekomendasi beliau setelah menyaksikan langsung film itu?, Ia menyatakan bahwa, “isinya terlalu dipaksakan, makna plural jadi kabur karena faktanya hampir susah putri Muslimah cari kerja dan diterima di resto Chinese Food yang menjual hidangan babi. Menurutnya, misi pesan agama juga amburadul, di situ Islam ditonjolkan secara negatifsebagai agama teroris, kasar, menohok dan membenci orang, suka memaki. Apalagi murtad dari Islam dianggap berubah kepada yang lebih baik. Gereja terkesan sangat penuh danumat Islam seadanya.
Walhasil film ini adalah propaganda menyudutkan Islam dan umat Islam. Ustadz digambarkan bodoh, sedangkan Romo Pastur bijaksana. Peran perempuan yang murtad tajam sekali kata-katanya dan sikapnya mengganti agama dianggap hal remeh”.
Beliau pun mengakhiri komentarnya dengan suatu harapan dan permintaan kepada yang berwenang agar film itu ditarik dari peredaran karena jauh dari fakta sebenarnya.Saya pun mengamini dan meminta hal yang sama. Amat miris menyaksikan Islam sebagai agama mayoritas di negeri ini selalu ditampilkan misleading, dan dilecehkan secara sistematis. Itu semua dilakukan atas klaim rapuh kreatifitas seni dan kebebasan berekspresi. Suatu hal yang tak akan dijumpai di belahan dunia manapun di negeri Muslim lainnya. Ironis bukan? Allahumma inni qad ballaghtu, Allahumma fasyhad.*
Penulis adalah Direktur Lembaga Kajian Islam dan Arab (LemKIA) Universitas Islam As-Syafi’iyah dan anggota Komisi Pengkajian dan Penelitian MUI
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjDB2Z038-crUe6Pf8Lc7ho2cSXTZ5FVRDdTwO_AB0o7VDygqJsIEur2rbN16jriudVr_8zUVnBG7cxJSM06T3z-fTutKpEaW7ANY0W4BTjldD7rNcupDu6Z4wf0D1_SPhoNiVBVK-9_eXI/s200/sholat-berjamaah.jpg)
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhXyjHAlqMc0OiJyWjnhlYA9hJxQcARusPC3oEtecff9_oi65Kttha6o6B0vJ1DskHlZrELw_12l3E5KRagJfaIB_K073P-gtJ2zZPwtx2UZRBI3ctEopxCSgKwoOoPzLClTJ7BiYnPycMg/s200/berdoa.jpg)
Kesempatan inilah yang kemudian mengilhami manusia untuk sekejap menengadahkan tangan memohon kepada yang Maha kuasa atas segala sesuatu. Semua terukir indah dalam lantunan doa yang dipanjatkan, dengan harapan bahwa kesulitan dapat terangkat dan beban hidup dapat berkurang.
Disinilah pula terletak pembuktian nyata betapa Allah sangat mengasihi dan Maha Kuasa atas para hambanya. Allah Subhanahu Wata'ala tidak akan pernah repot ataupun menolak segala keluh kesah mereka. Bahkan Allah Sang Maha Pengasih pun marah ketika manusia tidak meminta.
Doa yang kita panjatkan adalah bentuk nyata pengakuan dengan rendah hati bahwa Allah 'Azza wa Jalla adalah Maha Penguasa Langit dan bumi. Permohonan yang kita sampaikan tersebut bukan lantas menjadikan kita manusia yang rendah. Yang terjadi justru sebaliknya, doa menghapus jarak hati manusia yang jauh dengan penciptanya.
...Doa yang kita panjatkan adalah bentuk nyata pengakuan dengan rendah hati bahwa Allah 'Azza wa Jalla adalah Maha Penguasa Langit dan bumi...
Doa adalah pengakuan atas dosa yang sungguh-sungguh serta sebuah permohonan bagi pengampunan untuk diri yang berdosa. Lewat doa, bagi para manusia yang percaya,mereka akan kembali mendapatkan nafas hidupnya. Jelasnya, tanpa doa batin hidup manusia mungkin telah mengalami kematian.
Doa adalah pengakuan bahwa kita memerlukan pertolongan di luar batas kemampuan kita sendiri. Seseorang yang membentuk karakter dalam gaya hidup orang beriman, tentulah akan merajinkan dirinya untuk selalu lekat dalam permohonan kepada Allah Subhanahu Wata'ala.
Doa juga merupakan jembatan pernyataan terima kasih dan syukur kita kepada Sang Maha Pencipta, atas apapun yang dianugrahkan kepada kita, baik kesenangan ataupun kesedihan.
...Doa ibarat sebuah proposal tentang beberapa perubahan jalan hidup kita selanjutnya. Tentunya menuju yang lebih indah. Karena itu doa menjadi tidak saja sekedar sebuah seremoni ritual, tetapi juga merupakan bentuk kesadaran manusia, bahwa manusia membutuhkan yang Maha sempurna untuk membantu mengubah hidup mereka menjadi lebih baik...
Benar adanya bila kita berpendapat bahwa memang tidak ada yang kebetulan dalam dunia ini. Setiap detik atas kesenangan dan kesedihan sudah digariskan. Dan lewat doa, kita seperti mengajukan sebuah proposal tentang beberapa perubahan jalan takdir kita selanjutnya. Tentunya menuju yang lebih indah. Doa adalah ibarat sebuah proposal di mana kita membeberkan apa kebutuhan dan latar belakang kita mengajukan permohonan itu, lengkap dengan tujuan, sasaran apa yang kita inginkan, kapan kita ingin mencapainya, dan metodologi atau proses apa yang akan kita lakukan dalam merealisasikan semua itu.
Semuanya secara rinci kita "tuliskan" dalam proposal tersebut. Dan akhirnya ... doa, tidak saja sekedar sebuah seremoni ritual, tetapi juga merupakan bentuk kesadaran kita sebagai manusia, bahwa ternyata dalam melakukan berbagai pekerjaan yang kita rencanakan, kita membutuhkan yang Maha sempurna untuk membantu kita.
Namun berdoa bukanlah sebuah bentuk pekerjaan pasif di mana kita menunggu dari Allah subhanahu Wata'ala tentang apa yang kita harapkan. Tetapi berdoa adalah perbuatan aktif di mana kita memberi laporan tentang diri kita kepada Nya.
Banyak orang lantas berpikir, mengapa saya sudah rajin meminta dan berdoa namun belum kunjung dikabulkan?
Pernahkah kita mengadakan kilas balik kualitas diri kita dalam berdoa?. Doa setiap hamba kepada Sang Khaliq akan selalu dikabulkan namun tergantung pada kualitas hambanya yang berdoa. Doa yang masih tertunda untuk terkabul mungkin adalah salah satu peringatan Allah kepada kita untuk memperbaiki kualitas diri dan ketaqwaanNya kepada Allah.
Pernahkah juga kita meneliti kembali ketaqwaan kita dalam berdoa?. Setiap orang yang berdoa agar doa dikabulkan hendaknya meningkatkan keimanan dan ketaqwaanNya, sehingga Allah memandang memang sepantasnya lah doa itu dikabulkan. Seperti seorang ibu yang mendoakan agar anaknya menjadi orang yang sholeh, namun si ibu tersebut menghabiskan waktu hidupnya untuk larut dalam pekerjaan duniawi saja, dan melupakan kewajibannya untuk mendidik anaknya tentang Islam. Maka agar mendapatkan anak yang sholeh, seperti permohonan dalam doa, dirinya wajib untuk meningkatkan kualitas ketaqwaannya.
...Yakinlah, ketika kita mencari Allah Subhanahu Wata'ala lewat khusuknya lantunan doa, kita pasti akan menemukanNya, kecuali jika kita tidak bersungguh- sungguh dalam menemukannya....
Pernahkah pula kita mengkaji ulang amal Kebaikan kita sebelum kita meminta hal itu dalam doa? Janji Allah Subhanahu Wata'ala untuk mengabulkan doa kita adalah nyata adanya, namun hal itu tentu saja berlaku jika kita memang telah pantas menerima nilai yang seharusnya kita terima. Lakukanlah dengan nyata kontribusi amal yang lebih besar daripada yang kita inginkan dalam doa. Amal kebaikan yang telah kita lakukan adalah salahsatu faktor penyebab dikabulkannya sebuah doa.
Berdoalah dengan sebenar- benarnya. Dan lupakanlah bahwa kita berdoa hanya untuk membuat telinga orang lain terkesan. Sampaikan permohonan doa dengan tulus, dan ikhlas. Yakinlah, ketika kita mencari Allah lewat khusuknya doa, kita pasti akan menemukanNya, kecuali jika kita tidak bersungguh- sungguh dalam menemukannya....
(Syahidah)
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjSyiu_sdpyTLwAbbPSOW6DgneORjDOIxDVmWtiKh77Zfrn3SB48XU8d123NVmU8LKjYLffrMbPLkMjy2z3DBkDgsUiXLVnCCJ-5vL1WJXLJ7M49HZIt8TPZg7jLTT8YTPXTBUqQxN6Mbko/s200/tolong-menolong.jpg)
Sobat ngomongin panen, pasti sangat terkait dengan musim tertentu. Musim duren, musim rambutan, musim jagung, musim duit(gajian) dan musim-musim lainnya. Tapi panen yang satu ini berlaku sepanjang waktu. Entah itu musim hujan maupun musim kemarau.
Zoners…musim panen itu ada pada sholat berjamaah. Eits..tunggu dulu, panen itu tidak didapat di rumah tapi adanya di masjid. Apa saja hasil panennnya??..:
Zoners…musim panen itu ada pada sholat berjamaah. Eits..tunggu dulu, panen itu tidak didapat di rumah tapi adanya di masjid. Apa saja hasil panennnya??..:
Mengendalikan Gejolak Hawa Nafsu
Dengan mengendalikan gejolak hawa nafsu syahwati, israaf akan dapat diatasi. Caranya antara lain dengan memperbanyak amaliyah yang baik secara fisik maupun psikis cukup berat. Misalnya, memperbanyak qiyamul lalil (tahajjud), puasa sunnah, sedekah, berjalan kaki, bekerja berat, dan lainnya.
Dengan mengendalikan gejolak hawa nafsu syahwati, israaf akan dapat diatasi. Caranya antara lain dengan memperbanyak amaliyah yang baik secara fisik maupun psikis cukup berat. Misalnya, memperbanyak qiyamul lalil (tahajjud), puasa sunnah, sedekah, berjalan kaki, bekerja berat, dan lainnya.
Muslim Muda…rasanya hidup ini terasa hampa kalau satu hari tidak mendengar musik, akan tetapi karena kebisaaan mendengarkan musik inilah bisa menyebabkan seseorang depresi. Kenapa bisa? Berikut rumah rohis menyajikan penelitian terkait hal ini.
Mendengarkan musik, utamanya karena aktivitas ini begitu mudahnya dilakukan lewat fasilitas telefon genggam, merupakan ciri khas masa remaja.
Tetapi sebuah penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa remaja yang menghabiskan waktu terlalu banyak mendengarkan musik menghadapi risiko depresi yang lebih tinggi.
Penelitian yang dipimpin oleh Dr Brian Primack, asisten profesor kedokteran dan pediatri di University of Pittsburgh School of Medicine, menemukan bahwa remaja yang mendengarkan musik lebih sering, berisiko tinggi memiliki penyakit depresi (PDK), dibandingkan dengan remaja yang mendengarkan musik lebih jarang. Remaja yang mendengarkan musik dengan rutin setiap hari memiliki resiko 80% lebih tinggi akan depresi, demikian penelitian tersebut.
Penelitian ini memperkirakan remaja setidaknya empat atau lima jam sehari mendengarkan musik.
"Pada titik ini, tidak jelas apakah orang depresi mulai mendengarkan musik lebih banyak untuk melarikan diri, atau apakah mendengarkan musik dalam jumlah besar dapat menyebabkan depresi, atau keduanya," kata Primack dalam sebuah pernyataan.
Sebaliknya, para peneliti menemukan bahwa buku-buku memiliki efek yang berlawanan: membaca, risiko remaja depresi turun 50%. Di Amerika sendiri keseluruhan aktivitas membaca buku menurun. "Sedangkan bentuk lain penggunaan media meningkat," kata Primack.
Untuk penelitian ini, para peneliti mensurvai 106 peserta yang berusia tujuh sampai 17 selama dua bulan; 46 peserta sebelumnya telah didiagnosis karena depresi.
Sumber : http://www.rumahrohis.com
Mendengarkan musik, utamanya karena aktivitas ini begitu mudahnya dilakukan lewat fasilitas telefon genggam, merupakan ciri khas masa remaja.
Tetapi sebuah penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa remaja yang menghabiskan waktu terlalu banyak mendengarkan musik menghadapi risiko depresi yang lebih tinggi.
Penelitian yang dipimpin oleh Dr Brian Primack, asisten profesor kedokteran dan pediatri di University of Pittsburgh School of Medicine, menemukan bahwa remaja yang mendengarkan musik lebih sering, berisiko tinggi memiliki penyakit depresi (PDK), dibandingkan dengan remaja yang mendengarkan musik lebih jarang. Remaja yang mendengarkan musik dengan rutin setiap hari memiliki resiko 80% lebih tinggi akan depresi, demikian penelitian tersebut.
Penelitian ini memperkirakan remaja setidaknya empat atau lima jam sehari mendengarkan musik.
"Pada titik ini, tidak jelas apakah orang depresi mulai mendengarkan musik lebih banyak untuk melarikan diri, atau apakah mendengarkan musik dalam jumlah besar dapat menyebabkan depresi, atau keduanya," kata Primack dalam sebuah pernyataan.
Sebaliknya, para peneliti menemukan bahwa buku-buku memiliki efek yang berlawanan: membaca, risiko remaja depresi turun 50%. Di Amerika sendiri keseluruhan aktivitas membaca buku menurun. "Sedangkan bentuk lain penggunaan media meningkat," kata Primack.
Untuk penelitian ini, para peneliti mensurvai 106 peserta yang berusia tujuh sampai 17 selama dua bulan; 46 peserta sebelumnya telah didiagnosis karena depresi.
Sumber : http://www.rumahrohis.com
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgdFcnUQ5OfDpmCHkObS55jHbT8XWq5fkX75qSP3-gZ_h4n-latecw6KaxQyfHF4nD4FdNyiwP6k-F16N6oQ5ZmXq8UXVkMQQZM9TtHIZ1gHN8uh0824zYUNM2gjp9_dIYvma4PwwRy323x/s200/Haram4.jpg)